Catatan Kelam Cerita Trinil "Balekno Gembungku"

Palasik, Kepala tanpa Gembung (kepala tanpa badan) dan cerita adaptasi serial horor radio "Trinil"

Cerita tentang seorang janda yang dibunuh anaknya yang bernama Trinil menjadi catatan kelam nan menyeramkan di era kejayaan radio tahun 1980-an. Persaingan asmara antara ibunya yang janda mencintai lelaki bernama Bagus Sujiwo dan Trinil yang juga suka dengan Bagus membuat Trinil dengan tega membunuh ibunya. Ia memisahkan kepala ibunya dengan badannya, badannya ditanam (dikubur) sedangkan kepalanya dibuang ke sungai.

Cerita yang terdengar lewat radio itu benar- benar mencekam ketika roh gentayangan ibunya dengan kepalanya mendatangi Trinil. Trinil, balekno gembungku. Diulang - ulang dengan suara yang membuat bulu kuduk berdiri. Setiap mendengar suara itu banyak orang yang tercekam ketakutan. Padahal itu hanyalah suara dari radio. Sering disetel sekitar jam 3 sore. Maka saya akan mencoba membuat cerpen versi saya.

Terdengar suara derit pintu dari depan rumah. Suara gerendel pintu yang dibuka pelan - pelan. Seseorang berusaha masuk lewat pintu depan, rupanya pintu memang sengaja tidak dikunci. Seseorang mengendap - endap. Kepalanya tertutup oleh sarung, Hanya mukanya yang tampak melirik kanan dan kiri memastikan tidak ada orang yang melihat ia menyelinap di kamar Janda beranak satu yang bodinya masih wow.

Janda montok itu memang menggoda, sering membuat lelaki yang melihatnya jelalatan dengan melirik wajah janda dengan bibir merekah menggoda. Sedangkan dadanya tampak berisi, sering terlihat belahan dadanya yang membuat siapapun lelaki terpaku dan tidak kuasa untuk tidak melirik.

Senyuman janda bernama Kustirah itu sering memakan korban. Banyak laki – laki beristri tergoda dengan kegenitan janda yang ditinggal mati suaminya 10 tahun lalu. Sudah banyak lelaki yang pernah selingkuh dan pergi se sebuah tempat untuk bersenang – senang dengan Tisye begitulah janda itu dipanggil. Tisye menjadi ancaman serius bagi ibu – ibu sekitar wilayah Hargo Mulyo.

Dari kamar lain sepasang mata mengikuti gerak lelaki itu yang kemudian masuk ke kamar. Tidak seberapa lama terdengar suara laki - laki dan perempuan saling canda. Sepasang mata itu mendekat ke arah pintu dan mengintip dari lubang pintu.

Yang terjadi adalah bahwa mereka melakukan adegan hubungan suami istri. Sepasang mata itu seperti iri, campur dendam, cemburu dan keinginan lain yang hanya dimengerti sendiri oleh sepasang mata itu. Ia lalu masuk kembali ke kamar dan berteriak keras – keras. Di balik bantal.

Namun rupanya teriakan itu masih terdengar dari kamar seberang oleh mereka yang sedang asyik masyuk menikmati keindahan duniawi antara sepasang manusia laki – laki dan perempuan. Mereka kemudian buru – buru meraih baju didekatnya, memakainya kembali dan lelaki itu kemudian buru – buru pergi agar tidak muncul kecurigaan bahwa ia telah “kelonan” dengan janda genit itu.

***

“Janda genit, kalau ketemu dia ingin kujambak dan kutarik rambutnya dan kuinjak – injak kepalanya.”

“Iya, janda binal, kalau ketemu ia akan kusiram air kencing kambing biar bau.”

“Dasar janda sukanya merusak rumah tangga orang, untungnya anaknya baik, tidak seperti ibunya yang genit.”

“Ah, anaknya juga sama saja suka membuat para lelaki patah hati. Pacar anak saya marah – marah gara – gara kena pelet si Trinil itu.”

“Tapi masih genitan emaknya. Sudah genit, suka morotin pula. Pantasan bajunya bagus – bagus, pasti hasil morotin lelaki mata keranjang.”

“Sebaiknya mereka diusir biar tidak gaduh desa ini.”

Para ibu yang ada di pelataran rumah Mak Somplak tampak riuh membicarakan janda genit tersebut.

“Eh, tahukah kalian, semalam ada yang lelaki yang masuk ke rumah depan itu tu dengan mengendap – endap lo.”

“Siapa lelaki itu?”

“Kurang jelas, tapi sepertinya masih muda dilihat dari posturnya.”

“Yah jangan – jangan itu salah satu suami kita?”

“Maksudnya apa salah satu suami kita?”

“Ya. mungkin suamimu, suami Mak Umi atau suami dan Mak Somplak, siapa tahu”

“Uh, jangan - jangan benar.”

“Kalau ketahuan benar suami saya selingkuh dengan janda gendeng tersebut akan kupotong burungnya.”

“Nanti tidak bisa uhuk uhuk sama kamu dong.”

“Peduli amat cari lain lagi.”

“emang bisa? Secara bodimu sudah mengembang kayak plembungan itu siapa yang mau. Hihihi.?

“Berisik, diam.ssst lihat si janda itu keluar rumah.”

Sontak ibu – ibu diam dan mata mereka melotot mengikuti ke arah mana si Janda itu berjalan. Ternyata janda itu malah mendekat.

“Selamat pagi Ibu- ibu numpang lewat ya…oh ya minta tolong kalau Trinil tanya ke mana saya pergi jawab saja sedang ada pekerjaan di kota.”

Tentu saja para ibu tidak ada yang mempedulikan.

Mak Somplak langsung menyahut.”Masa Bodo”

Kustirah Si Janda genit itu sedikit canggung tapi akhirnya memakluminya, pasti sebelumnya mereka tengah membicarakannya.

“Mari.pergi dulu ya.”

Ibu – ibu itu kembali kumpul dan meneruskan rumpiannya.

Ternyata dari belakang rumah seorang gadis membututi Kustirah dari jarak cukup jauh. Dari dekat pengkolan jalan ternyata seorang lelaki telah menjemputnya. Ia yang ternyata Trinil kenal betul siapa lelaki itu. Lelaki tampan masih muda yang cocoknya adalah anak dari janda tersebut menggandengnya dengan mesra.

Trinil tentu saja cemburu luar biasa menyaksikan pacarnya ternyata berselingkuh dengan ibunya. Lelaki itu bernama Bagus Sujiwo. Lelaki yang sudah pacaran selama dua tahun.

Trinil tidak tahu kapan Bagus Sujiwo tertelikung asmara dengan ibunya. Pasti ibunya mengguna- gunainya sehingga Bagus yang masih muda itu tergoda oleh perempuan yang cocoknya menjadi ibunya.

Dalam pikiran Trinil sudah tersusun rencana untuk membunuh ibunya. Ia gelap mata karena merasa dikhianati oleh ibunya sendiri. Sejak kecil ia memang sering berselisih paham dengan ibunya. Dan puncak kebenciannya adalah ketika ternyata diam – diam ibunya tidur dengan kekasihnya.

Tidak peduli siapa yang membuat ia patah hati harus dilenyapkan termasuk ibu kandungnya sendiri.

Trinil mengikuti dari belakang. Ibunya ternyata sudah dijemput dengan motor. Secara kebetulan ada ojek melintas. Trinil segera mencegatnya dan menyuruh tukang ojek itu membuntuti motor di depannya.

Motor itu ternyata menuju restoran pinggir sungai.

“Berhenti, mas, saya turun di sini saja, ini ongkosnya terimakasih.”

Trinil mencari jalan lalu mendekat ke restoran. Memastikan Bagus Sujiwo dan ibunya tidak melihat ia duduk di sebuah meja yang cukup jauh dari dua orang yang sedang dimabuk cinta itu. Trinil menunggu waktu yang tepat untuk membututi ibunya yang pasti akan menuju toilet di belakang restoran tersebut. Dari tasnya ia sudah menyiapkan pisau dan akan memenggal kepala ibunya saat ia berada di toilet.

Trinil melihat ibunya menuju ke toilet. Ia menunggu suasana sepi. Dan sudah merencanakan matang – matang agar pelayan, orang- orang tidak mendekat ke toilet. Ia sudah menyiapkan obat bius kemudian ia akan menyeret ibunya mendekat ke sungai yang ada dibawahnya. Trinil cukup mengenal tempat itu karena ia sering diajak oleh Bagus Sujiiwo.

Ketika Ibunya baru saja membuka pintu toilet, dengan sigap Trinil membekap dengan sapu tangan yang sudah dibasahi dengan obat bius. Dalam waktu singkat ibunya tidak sadarkan diri. Dengan menahan berat, ia menyeret perempuan malang itu menuju sungai di bawahnya dan Crass… crass… crass. Kepala ibunya terpisah dari tubuhnya. Kepala dilemparkan keluar di mana sungai itu deras mengalir. Sedangkan tubuhnya yang penuh darah ia seret ke semak – semak. Rencananya akan ia kuburkan disuatu tempat nanti malam.

Tiga hari kemudian Berita di koran heboh oleh penemuan kepala tanpa badan di sebuah sungai, kira – kira 10 kilometer jauhnya dari desa Hargo Mulyo. Kepalanya putus dengan dan hanya tampak potongan leher dan kulitnya yang sudah rusak. Wajahnya akhirnya dikenali sebagai Kustirah ibu kandungTrinil.

Gegerlah desa Hargo Mulyo. Malam - malam tampaknya mencekam oleh penemuan mayat yang hanya kelapanya saja. Trinil yang tahu bahwa ia pembunuhnya seolah – olah ikut kaget dan dengan bersandiwara ia menangis sesesunggukan oleh kematian ibunya yang mengenaskan.

Sebuah malam tepat malam jumat kliwon. Trinil terbangun. Ia merasa ada yang mengetuk. Ia pun bergegas, ia membayangkan itu pasti Bagus Sujiwo yang ketika di restoran bingung kenapa tiba- tiba pasangannya menghilang dan tidak pamit mau ke mana.

Trinil dandan sebentar, memastikan ia sudah kelihatan cantik . Siapa tahu memang Bagus Sujiwo yang datang. Ketukan itu terus berulang.

“Iya sebentar, sabar ya…”

Trinil membuka pintu rumahnya. Tidak ada orang ternyata. Ia heran kenapa orang itu cepat menghilang. Trinilpun menutup pintu lagi. Belum sampai kamar sudah terdengar ketukan. Penasaran ia buka lagi pintu depan. Pintu dibuka dan ia keluar di teras dan menengok barangkali seseorang itu ada di halaman depan.

Tiba – tiba sebuah bisikan terdengar ke telinga.

“Trinil….. Tri………..nil!.”

Trinil seperti mengenal suara yang berbisik itu. Itu seperti suara….

“Kembalikan badanku Trinil, Trinil balekno gembungku….Hihhiiiiiiii.”

Tiba tiba ketakutan menjalar. Trinil kaki Trinil lemas tidak berdaya menyaksikan pemandangan di depannya. Rambut yang tergerai, muka pucat, dan darah yang menetes dari hidung dan mulut hantu di depannya. Kepalanya terbang mendekat seakan hendak menggigit Trinil.

“Triiiinilllll, balekno gembungku, kembalikan badanku…..”

Trinil tiba tiba tidak sadarkan diri… Ia tersadar ketika ada orang yang mengelus lembut wajahnya.

“Oh aku di mana ini.”

“Kamu ada di kamarmu Trinil.”

“Aku…. Aku aku takut mas, tadi ada makhluk mengerikan tanpa kepala hendak menggigitku.”

“Ya, aku menemukan kamu pingsan di depan rumah.

Tiba tiba bayangan makhluk tanpa badan (gembung) itu datang dan tanpa sadar ia menjerit ketakutan. Ketika menjerit kekuatannya Trinil benar – benar luar biasa. Maka Bagus Sujiwo akhirnya mengikat Trinil, kemudian atas saran dari warga Trinil akhirnya dibawa ke rumah sakit Jiwa.

Namun selama hampir sebulan makhluk mengerikan itu terus menteror, terutama ibu – ibu yang sering ngrumpi di depan rumah janda genit itu.

Setelah agak mendingan Trinil yang menderita gangguan jiwa itu mengaku bahwa dialah yang membunuh ibu kandungnya. Badannya ia kubur di belakang restoran di belakang gerumbul perdu yang jarang dilewati orang. Orang – orang akhirnya membuat ritual selamatan dan menyatukan kembali kepala dan badan Kustirah dan dikubur selayaknya, sedangkan Trinil akhirnya dihukum seumur hidup atas perbuatan membunuh ibunya sendiri.

Tamat.